Minggu, 08 Desember 2013

puisi

MATA AIR DAN AIR MATA Aku ingin membasuh air matamu Biar luka itu kering Dan kau bisa melukis pelangi di birunya mata air Tanpa air mata lagi Dan aku ingin menghirup mata airmu Biar kehausan rindu ini tergenangi TANPA JUDUL Di sini… Masih bisa kucium harum tubuhmu yg terjerat lelah Di sini… Masih kucoba meraba palung hatimu yg memadamkan perapian Di sini… Masih kubingkai bayangmu yg hilang dibalik bayang riuh tawa kemarin malam Di sini… Aku terbius wajahmu yg terbaring manja di peraduan Di sini… Aku mengundang semilir angin pd doa yg kubaca utk tidurmu BAHAGIA DI SATU DEBU Tak pernah bosan aku berharap Menggantungkan rindu ini pada ribuan kata yg selalu hadir Saat aku bisa mencium harum tubuhmu pd deretan senja hari ini Kemarin, esok, atau lusa… Satu tatap yg tercipta Memaksaku untuk diam di pelukan cinta Luruh tak tertahan Mengelopak pada bunga pagi Segar semerbak mewangikan rumah hatimu Bolehkah aku menengoknya sejenak? Andai kau ijinkan, aku ingin meraih bahagia Meski hanya di satu debu TAK PERNAH BISA Aku tak pernah bisa mencampakkan cinta yg tak pernah kau miliki Aku mencintaimu, tapi kau belum memiliki cintaku Apa yg mesti aku campakkan sementara aku tak punya apa-apa lagi Selain harapan satu-satunya Harapan agar kau menerima cintaku DI MANA ALAMAT RUMAH HATIMU? Ke mana hujan pergi hari ini? Sejenak menggoda bumi pada siang yang gerah Lalu hilang saat malam tengadah Ke mana aku harus pergi Saat kusadar tak ada lagi yang aku bela dari perjalanan ini Selain menapaki jejak lemah menuju rumah hatimu Tak hilang dilalap lelah Tak jera diremas gelisah Sekali aku coba lari dan mengingkari Seribu kali aku kembali lagi, padamu… Mengumpulkan semua rindu dan cinta untuk bangkit lagi Dalam barisan doa-doa Lalu rebah pasrah menunggu hadirmu Tanpa ragu dan tanya lagi Di mana kau alamatkan rumah hatimu? Agar aku tak salah berlari DATANG MENJELANG Seperti kemarau yang menanti hujan Kutunggu kabarmu yang masih diam Apakah engkau baik-baik saja? Seperti tanah tandus yang tersenyum karena deras merebas Aku hanya bisa mengucap salam dengan doa Agar kau tak pernah kurang Selalu tersenyum karena bahagia menjelang, untukmu… YANG TAK TERLUPA Yang tak pernah terlupa sedikitpun Saat ruang kosong menyekat di kepala Bayangmu mematuk seketika Merama rama tak hilang Melebur nyata dalam bilur rindu yang terpelihara Entah di mana adamu… Aku hanya tahu kau selalu menghadirkan getar-getar indah Yang kuiba menjadi bahagia Di setiap tarian debu dan derai gerimis yg jatuh SAMAR TERJAGA Ke mana dunia berpijak di senja ini? Tak ada kabar yang kuterima Selain bisikmu yang kutemui pd sisa mimpi tadi malam Kujaga apapun tentangmu tanpa tanya Meski tanda cintamu masih samar terkurung gulungan misteri Apalagi yg bisa kau tawarkan untukku Selain gelisah dan rindu yg tak pernah mati Menyulut cinta untuk terus menanti tanpa henti DI UJUNG KATA-KATA Lengkaplah sudah sepi ini mengurung sendiriku Terkulai dikunyah nelangsa yang berapi-api Menyusuri jalanan lengang Bersimbah angan tanpa tujuan Dalam derap gerimis yang pongah menghujam Terbuai wajahmu menyusup bertubi-tubi Membawa sebaris kata bahagia yg menenggelamkan nurani Di atas pengharapan tak berkesudahan Tentang rindu kusam Tentang cinta terbuang Mengutip satu namamu di antara keluh kesah Gundah gelisah, air mata, dan lara Masihkah ada sedikit senyum darimu Di batas penantianku yang kini makin terbata Jika masih ada ruang di hatimu Untukku, sedikit saja, tolong bicaralah Pada tanah membentang Pada pohon-pohon rindang Dan angin yang mengusik keangkuhan Setidaknya biar ada tanda yg bisa kubaca dan kuraba Janganlah sepi yang hadir Janganlah semu yang membeku Karena aku selalu berjalan menujumu HANYA PADAMU Mataku terpejam tak mau Anganku berontak tak lesu Merekat pada ruang kamar Berkutat pada riuh gaduh angin malam Meronta lagi getar ini Mengais lagi rindu bertali Untukmu kuasah luka Padamu kuasuh bahagia Padamu cinta ingin kuakhirkan Kupercayakan tanpa sebab yg harus diperdebatkan Hanya padamu, itu saja.. KATA-KATA MATI Kata-kata mati mengepungku Terlalu banyak definisi yg hinggap hingga lidahku kelu Kata-kata menjadi sedemikian langka Seolah aku tak mampu membahasakan cintaku padamu Semua telah terkurung di ruang pengharapanku Berisi namamu serta berjuta kenangan yg hadir & kumaknai kedalamannya Aku tak ingin membongkarnya, Meski kata-kata mati telah menusukkan kesedihan di pusat jantungku AKHIR TANPA PENGHABISAN Inilah akhirnya… Aku mengakhiri jejak yg baru kutapaki Bukan salahmu… Ini semua hanya karena aku… Yang tak mampu menyemai benih rindu di ladangmu Apa dayaku jika cintaku tak lagi hadir untukmu Sia-sia kucoba membangun fondasi cinta ini Sementara di atas segalanya, Aku terus mengasah kesedihan penantian yang kuiba Tak mau lepas hingga menafikan adamu Maafkan untuk satu pilihan yg pahit ini Tapi setidaknya, lebih baik semua terbuka sedari awal Sebelum kebohongan terkuak di penghabisan Aku memilih pergi karena tak mau menyakitimu Aku memilih mencintai satu nama meski hanya semu YANG TERINDAH, YANG TERDALAM Segalanya telah tertebas waktu Aku masih terhisap sepi yang membisu Di ujung sapaku yang tertatih menujumu, Kucoba teduh dalam satu doa: Semoga kau tetap menjadi yang terbaik dan terindah Yang kutemui dalam perjalanan hidupku TETAPLAH BERSAMA Tetaplah bersamaku, Tuhan Tetaplah bersamaku, kasih Jika kasih tak bersamaku Tetaplah bersamaku, Tuhan Jika kasihku pergi Tetaplah bersamaku, Tuhan Kalau Tuhan tak bersamaku Ke mana lagi kan kucari kasihku KABAR HUJAN Apa kata hujan hari ini? Dia masih menangis sedih Karena bumi yg diguyurnya masih menyisakan kemarau Pohon-pohon belum juga menghijau Daunnya meranggas Rantingnya kurus pucat Hanya akarnya yang tegar menghujam Setia menanti hujan datang lagi di keesokan harinya Seperti inikah jejak yang harus kutapaki? AKU PERGI Setelah melintasi waktu bersimbah pesonamu Kini semua terasa tiada Makna yang terendap lama Dan mendekam dalam gugusan matahari Tak lagi bisa kuraba Semua seperti kembali kosong Harapanku akanmu, Seperti menemui titik penghabisannya Apa gerangan yg terjadi? Tiba-tiba aku enggan mengumbar rinduku Tiba-tiba aku ingin berhenti mencintaimu Mungkinkah karena sikapmu yg makin lama tak lagi membiusku Perlahan menghilang di balik dusta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar